Seperti yang
saya tuliskan kemarin di status FB saya, dua hari lebaran tidak ada
kemana-mana, sekali keluar langsung jauh. Ya, hari ketiga lebaran saya putuskan
untuk keluar dari peraduan (eeeeeeeeeeeeaaaakkkkkkkk…) tak enak juga rasanya di
rumah, pikir saya. Satu malam sebelumnya, saya sudah mengabarkan seorang adik
yang sudah lama sekali saya tidak berjumpa dengannya bahwa saya akan datang
bersilaturahim ke rumahnya di hari ke tiga lebaran. Tapi, rencana hanya tinggal
rencana. Hasrat hati untuk menjenguk kota yang dua tahun lalu saya pernah
mengabdi di sana selama lebih kurang 4
bulan untuk menjalankan tugas negera dari almamater saya, alias PPL. Ya… Kemarin
saya menggembel sekalian silaturahim ke Berandan… Mau tau cerita saya selam
seharian keliling-keliling silaturahim berikut pengalaman enak dan tak
mengenakkan yang saya alami selama seharian kemarin..???? Oke.. lest cekidot…!
Kemarin pagi, tepatnya pukul 07.00, sebelum akhirnya saya menyelesaikan
pekerjaan rumah saya di pagi hari, saya duduk di tempat tidu, dan berpikir, mau
kemana saya hari ini? Entah kenapa, saya ingin sekali pergi ke berandan,
silaturahim ke rumah sahabat-sahabat saya, sekaligus menuntaskan kerinduan saya
kepada kota yang dua tahun lalu di sana telah saya ukir beberapa memori. Setelah
sekian lama berpikir, saya langsung matapkan hati saya untuk pergi ke kota itu.
Langsung saya sms salah seorang teman saya… Eh, yang d isms malah bilang, “Serius
nih? Entar nggak jadi lagi..” Hemmm.. memang sehari sebelumnya saya bilang
kalau saya mau main ke berandan, tapi nggak jadi pemirsa… karena waktu itu
masih lebaran hari ke dua, dan saya tidak dapat izin dari ayah saya untuk pergi…
alasannya karena jalanan masih macet… Hemmm.. okelah, ayah…saya paham… maka
dari itu saya batalkan pergi ke berandan di hari ke dua lebaran. Mengapa di
hari ketiga? Karena mengingat jadwal silaturahim lebaran saya di atas hari
lebaran ke tiga sudah ada… dan juga mengingat hari senin ini saya sudah harus
masuk kerja (walaupun sebenarnya hari senin besok dan selasa saya harus
membolos karena agenda silaturahim masih
ada… hahahaha)
Oke… lanjut… (Tarik napas dulu yaaakkk… hehehhe) Lalu pagi itu
cepat-cepatlah saya selesaikan seluruh pekerjaan rumah saya. Sebab kalau tidak
berangkat sepagi mungkin, saya khawatir terjebak macet… maka tepat pukul 08.00, saya sudah rapi, cantik,
dan wangi (jangan ada yang gondok yaaakkk… hehhehehe) dengan baju motif
bunga-bunga ungu, jilbab, dan rok serupa warna dengan bunga… Ehm, entah kenapa,
saya merasa sesuatu sekali memakai rok baru saya ini… berasa anggun gimana…
gitu…. (plaaaaaaaaakkkkkk…!! -_-) Melihat saya sudah rapi, ibu bertanya “Mau
kemana, Ra?” Saya jawab “Mau jalan-jalan, Mak… Ke Berandan.” Sambil memulaskan
bedak ke wajah dan menghadap cermin. “Kalau kau lah… Ckckckck.” Kata ibu saya
sambil geleng-geleng sapi (hahahhahayy). Setelah semuanya rapi dan ready, bismillah…
saya langkahkan kaki ke luar rumah seraya pamit dengan ibu. Tujuan saya adalah
jalan pinang baris, di mana di sana akan saya dapati mobil yang akan mengangkut
saya ke Berandan.
Sesampainya di pinang baris, tidak perlu menunggu lama, saya langsung
mendapatkan angkutan yang saya ingingkan. Ada dua angkutan sebenarnya yang bisa
membawa saya ke Berandan. Satu namanya mobil TIMTAK, dan yang satu lagi namanya
bus KPUB (sejenislah sama KUPJ). Sesampainya saya di dekat mobil itu, seorang
abang telah membukakan pintu belakang. “Mau kemana, Mbak?” Tanyanya pada saya. “Ke
Berandan Bang…” Jawab saya. “Oh… silakan masuk, Mbak. Mau duduk di mana..?? di
depan dekat supir juga boleh. Duduk di depan aja, Mbak” Ceracau si abang kepada
saya. Dan, Hemmm.. baiklah, saya penuhi perkataanmu, Bang… Si abang kemudian
membukakan pintu depan untuk saya (Eeeekkkk.. berasa Cinderella saya… hahahhha…)
Jadilah waktu itu saya duduk ACC, alias duduk di samping pak supir yang sedang
bekerja mengendarai mobil supaya baik jalannya (ini kayak lagu apaaaaa gitu
yaaaakkk…?? Hehehhehe…) Beberapa pedagang asongan pun menawarkan dagangannya
pada saya… ada yang dagang aqua, telur puyuh, kue bolu, bika ambon… (Hemmm..
maaf yah, Bang Asong gue nggak beli dagangannya… :D) Setelah beberapa menit
menunggu mobil penuh penumpang, akhirnya bus pun mulai membelah jalanan.
Kemudian berhenti sejenak lagi di simpang Kp. Lalang (inilah yang membosankan
bagi saya kalau naik angkutan beginian… -_-) Dalam penantian yang cukup
membosankan itu, tiba-tiba ada sms masuk dari seorang teman di berandan yang
sudah tau kalau saya mau datang. “Sudah berangkat Kau, Ra?” Tanyanya. “Sudah. Tapi masih berhenti.
Mobilnya belum jalan. Masih nunggu penumpang.” Jawab saya. Setelah beberapa
menit menunggu, barulah mobil mulai bergerak membelah jalan. “Bismillah… Mobil
sudah jalan.” Saya kirim lagi sms pada si kawan.
Kala itu, saya berharap tidak terjebak macet yang sungguh menyiksa jiwa
raga. Dan Alhamdulillah, kemarin jalanan tidak terlalu macet ketika saya
berangkat. Sepanjang perjalanan, mata saya sibuk memandangi pemandangan yang
tersaji di depan mata. Kendaraan berseliweran, gedung-gedung, dan sawah tak
luput lepas dari pandangan. Oia, pak supir yang membawa mobil juga sangat ramah
kepada saya. Sangkin ramahnya, selama perjalanan dianya ngajakin saya ngobrol. Padahal
saya hanya jawab dengan iya, senyum, dan tawa.. hehehhe…
Mobil pun terus melaju. Hingga akhirnya, sampailah saya di kota Tanjung
Pura. Kalian tau Tanjung Pura? Tangjung pura adalah kota di mana seorang
penyair beranama Amir Hamzah bermakam di sana, tepatnya di dekat masjid Azizi
Tanjung Pura (Sekilas info sejarah… Mari lanjut…) “Aku sudah sampai di Tanjung.”
Sms saya pada teman yang lain yang tinggal di Pangkalan Susu. “Yaudah, kau ke
rumah aja dulu kalau begitu. Nanti sore kita sama-sama ke Berandan.” Kata teman
saya itu. “Aku takut nggak sempat kalau ke rumahmu dulu. Aku mau nyeberang laut
lagi nih ke perlis. Mau datangi yang lain lagi di Berandan.” Balas saya “Jadi
gimana? Atau kau ke Perlis ajalah dulu. Nanti kita sama-sama ke Berandan.”
Balas kawan saya kemudian (Oaaallaaaahh.. emang tadi saya bilang apa, Kawan..??
-_-)
“Mau turun di mana, dek” Tanya pak supir. “Simpang tangsi, Pak.”
Sampailah saya akhirnya saya di kota berandan. Pak supir pun menurunkan saya di
simpang tangsi. Saya masih bingung mau kemana duluan. Sebab sebelumnya, teman
saya yang rumahnya di perlis, yang ke sana saya harus nyeberang laut naik
sampan mengatakan kalau dirinya belum sampai di rumah, tapi ibunya ada. Lantas
saya pastikan lagi kepadanya. Dia pun mengatakan, “Ya sudah, datanglah Kakak ke
rumah.” Katanya. “Awas ya ntar kalau nggak ada di rumah.”
Setelah mendapat kepastian, saya stoplah betor. Tujuan saya adalah Lorga.
Lorgan adalah salah satu sudut di kota berandan, yang di sana kita akan
menemukan hamparan laut dan sampan-sampan yang akan menghantarkan kita
menyeberang ke Kelantan dan Perlis. Seperti yang kita semua tau yah pemirsa…
Kelantan dan Perlis adalah salah satu daerah di negara Malaysia… Tapi berandan
juga punya Kelantan dan Perlis lho…!!! Dan kalian tau…?? Bahasa penduduknya
juga sama dengan bahasa Malayasia… Bahasa Melayu… Jadilah kalau saya di sana,
saya seperti berada di negaranya Upin Ipin.. ahhahahha…
Turunlah saya dari betor. Saya langsung di sambut oleh seorang bapak pendayung sampan. “Mau kemana?” Tanyanya pada saya. “Lorong 4.” Saya jawab padanya. Itu berdasarkan petunjuk teman yang tinggal di perlis itu. Saya pun mengikutinya menuju sampan. Sesampainya di dekat tepian naik sampan, tiba-tiba mendadak saya gamang… Hello… pemirsa… saya sudah lama tidak naik beginian..!! sudah lama saya nggak ke Perlis dan naik sampan, pemirsa…!!! Kalau pun saya kemarin, saya pasti di pegangkan oleh temana saya, yang saya juluki dia pramugari sampan.hahahhah… Pernah juga sekali saya nekat sendirian naik sampan (tentunya sama bapak pengemudianya dunk… maksudnya nggak ada yang megangin saya yang takut dan gamang ini…) Itupun saya berani-beranikan dan modal nekat. Dan akhirnya apa…??? Akhirnya saya berani sampai sekarang naik sampan… Yeeeeeeeeeeeeeee……!!!!! :D
Turunlah saya dari betor. Saya langsung di sambut oleh seorang bapak pendayung sampan. “Mau kemana?” Tanyanya pada saya. “Lorong 4.” Saya jawab padanya. Itu berdasarkan petunjuk teman yang tinggal di perlis itu. Saya pun mengikutinya menuju sampan. Sesampainya di dekat tepian naik sampan, tiba-tiba mendadak saya gamang… Hello… pemirsa… saya sudah lama tidak naik beginian..!! sudah lama saya nggak ke Perlis dan naik sampan, pemirsa…!!! Kalau pun saya kemarin, saya pasti di pegangkan oleh temana saya, yang saya juluki dia pramugari sampan.hahahhah… Pernah juga sekali saya nekat sendirian naik sampan (tentunya sama bapak pengemudianya dunk… maksudnya nggak ada yang megangin saya yang takut dan gamang ini…) Itupun saya berani-beranikan dan modal nekat. Dan akhirnya apa…??? Akhirnya saya berani sampai sekarang naik sampan… Yeeeeeeeeeeeeeee……!!!!! :D
Di atas sampan, saya takjub melihat pemandangan laut. Saya punya feel dan
kesan tersendiri terhadap laut. Kalau sudah lihat laut, perasaan saya selalu
tenang dan damai. Di tambah lagi saya di atas sampan, rasanya saya pengen
syuting video klip saja… (hahahhahaha…). Tak lama, sampanpun merapat. Tepat pukul
11.00 saya sampai di rumah teman saya itu. Hemmm… Alhamdulillah, pemirsa… saya
sampai juga setelah menyeberang laut… (Alay yah, gan… hihihi). Nggak lama
saya di rumah teman saya itu. Lepas
dzuhur, saya langsung pamit pulang kembali ke daratan berandan, sebab masih ada
yang mau saya datangi di berandan. “Jemput aku di Lorgan.” Sms saya pada salah
seorang teman yang rumahnya akan saya kunjungi kemudian. Ketika berada di atas
sampan hendak ke daratan berandan, saya berbincang dengan bapak pendayung yang
membawa sampan. Saya memang suka sekali berkomunikasi dengan orang berprofesi
unik. Siapa tahu bisa dijadikan inspirasi untuk ide cerita… hehehehhe.. (dasar
penuli… hahahhaha…) Ternyata si Bapak sudah 20 tahun berprofesi sebagai
pendayung sampan… For thumbs up deh buat bapaknya yaaaakkk…!!! Kereeeennn…!! J
“Aku udah di Lorgan.” Sebuah sms masuk dari temanku. Aku hampir sampai
merapat di tepian. Ketika kulihat seorang perempuan berpakaian warna kecoklatan
duduk di atas motor matic hijau mudanya. Happpp…!!! Saya pun akhirnya sampai
juga di daratan. Langsung saya samperin perumpuan itu yang tak lain adalah
teman yang akan saya kunjungi kemudian. Melihat saya mengenakan pakaian
bernuansa ungu, si kawan saya itu malah bilang “Kenapa kau pakai Ungu?”
Katanya. “Yah, memang pakaian raya yang dibelikan mamakku yah ini. Kenapa?
Nggak boleh?” Jawab saya. “Nggak. Nggak boleh!” Jawabnya setengah bercanda. Teman
saya ini adalah pecinta ungu. Makanya dia kaget dan agak gimana gitu yah lihat
saya yang notabenenya dia tau kemarin-kemarin nggak suka ungu, tiba-tiba pakai
nuansa ungu. Entahlah, pemirsa… mungkin karena saya punya banyak teman penyuka
ungu, saya jadi tertular virus pecinta ungu… hahahhahaha…
DI atas sepeda motornya… Kami tak berhenti saling melempar tawa… Ada satu
hal yang melekat dan lucu menurut saya. Kemarin waktu di atas motor tiba-tiba
saya nyeletuk bertanya “Kau pakai minyak wangi apa..?? Wangi kali..??” Kata
saya. “Ah, apa iya? Aku pakai minyak wangi *****” “Ohh… Iyaa…. Wangi kali ni…
Cak lah kau cium..” “Cemana pula bisa aku nyiumnya kalau lagi nyetir gini…?” “Ya
kau menghadap ke belakang lah…” Hahhahahhhaha… dan sepanjang jalan ke rumahnya
tak henti terus melempar canda dan tawa (padahal kalau ketemu di suatu tempat
yang kami sama-sama ada di sana, cuek-cuekan… ahhahahha) Cerita-cerita masih
berlanjut ketika saya sampai di rumah teman saya itu. Banyak hal yang kami
ceritakan. Di rumahnya, saya disuguhi kue lebaran, kolang kaling hijau rasa
melon, dan sirup merah rasa agar-agar. Di rumahnya juga saya menanti teman saya
yang tinggal di pangkalan susu, teman saya PPL 2011 lalu. Katanya mau ikutan
keliling silaturahim juga.
Maka setelah teman saya yang di pangkalan susu itu sampai, cerita dan
canda tawa pun terus berlanjut (Yah.. namanya pun ngumpul.. kalau dah ngumpul
pasti cerita dan ketawa-ketiwilah.. hehhe).
Teman saya yang di pangkalan susu itu curhat tentang suatu hal kepada kami. (Mengenai curhatnya apa, nggak usah dibahas di sini yah, pemirsa…hihihih). Okeh… dari rumah teman saya itu, kemudian silaturahim berlanjut ke rumah teman saya yang tinggal di desa Teluk Meku Berandan. Di sana kembali saling bertukar cerita, saling haha hihih haha hihi… dan tak terasa, waktu menunjukkan pukul 17.00, hari juga sudah mulai mendung. Kami pun pamit pada teman kami itu. Lalu perjalanan berlanjut ke warung bakso yang katanya terenak di Bedandang, Warung bakso Pandawa Lima namanya. Letaknya di simpang Pahlawan, dekat tugu Pahlawan Berandan. Makan… minum.. makan.. minum… cerita.. cerita… tak terasa waktu menunjukkan pukul 18.00wib. artinya apa??? Artinya saya harus segera pulang ke Medan. Ditemani teman saya, saya menunggu KPUB. Agak lama, Pemirsa… setelah sekian lama, akhirnya KPUB datang… saya langsung pamit pada temans saya itu. Sudah pasti saya akan sampai Medan malam hari.
Teman saya yang di pangkalan susu itu curhat tentang suatu hal kepada kami. (Mengenai curhatnya apa, nggak usah dibahas di sini yah, pemirsa…hihihih). Okeh… dari rumah teman saya itu, kemudian silaturahim berlanjut ke rumah teman saya yang tinggal di desa Teluk Meku Berandan. Di sana kembali saling bertukar cerita, saling haha hihih haha hihi… dan tak terasa, waktu menunjukkan pukul 17.00, hari juga sudah mulai mendung. Kami pun pamit pada teman kami itu. Lalu perjalanan berlanjut ke warung bakso yang katanya terenak di Bedandang, Warung bakso Pandawa Lima namanya. Letaknya di simpang Pahlawan, dekat tugu Pahlawan Berandan. Makan… minum.. makan.. minum… cerita.. cerita… tak terasa waktu menunjukkan pukul 18.00wib. artinya apa??? Artinya saya harus segera pulang ke Medan. Ditemani teman saya, saya menunggu KPUB. Agak lama, Pemirsa… setelah sekian lama, akhirnya KPUB datang… saya langsung pamit pada temans saya itu. Sudah pasti saya akan sampai Medan malam hari.
Angkutan sudah padat penumpang rupanya. Saya duduk di dekat pintu. Di samping
saya seorang kernet berdiri sambil seskali berseru “Medan… Medan… Medan..”
(haadeeeehh.. ini abang kalau ikut kontes nyanyi, pasti langsung eliminasi…
suaranya cetar dan lengking bangettt cuuuuuuuuyyy… pening kepala Aishwarya Rai
dengarnya… -_-) Mobil pun terus melaju membelah jalan. Sore semakin merambat
menghantar ke pada pekat malam. Semakin, mendekat malam, sia Abang kernet
semakin bertingkah aneh. Biar saya bagikan cerita satu ini pada pemirsa. Supaya
lebih hati-hati kalau bepergian naik angkutan umum semacam bis. Si abang kernet
yang tadinya berdiri di dekat pintu kemudian duduk di samping kiri saya. Samping
kanan saya ada abang dan kakak yang sepertinya pasangan kekasih (Abisnya mereka
mesra banget gitu cuyyy… agak gimana sebenarnya gue lihatnya.. -_-) Lanjut ke
si abang kernet. Di duduk di sebelah kanan saya. Perasaan saya mulai tak enak,
cuy…!!! Hemmmm… si abang duduk sambil melipatkan tangannya… dan entah kenapa di
agak merapat ke saya. Jujur, saya curiga sekali permirsa.. awalnya belum ada
apa-apa ketika dia merapat… dan saya masih tenang-tenang saja. Tapi lama
kelamaan, ntah iya ntah tidak, saya merasa perlahan tangannya jahil mau ambil
kesempatan mencolek Maaf, paha saya… T_T Yaaaa ampun pemirsa… bayangkan… betapa
bencinya saya melihat abang itu…!! rasanya ingin sekali saya menggamparnya. Sesekali
dia kemudian berdiri sambil berseru layaknya seorang kernet. Kemudian duduk
lagi di sebelah saya. Lalu perlahan saya merasa lagi tangannya…!! Haduuuuhhh..!!!
arrrgggghhh…!!! Tiba-tiba dia bertanya pada saya “Tinggal di mana di Medan?” “Belakang
kodam, Bang.” Hemmmm… kurang ajar nih abang…. Dia pikir gue cewek apaan… masak
dah tertutup rapat gini masih aaaajjaaaaaaaaaaaa… >.< Mobil pun terus melaju… langit semakin gelap
pertanda malam akan datang. Si abang masih duduk dekat saya dan coba-coba curi
kesempatan. Sampai akhirnya terlontarlah pertanyaan dari dirinya yang membuat
dia mati kutu dan tak berani mendekat ketika saya menjawab pertanyaannya itu.
Dia bertanya.. “Udah Merried..???” Dan kalian mau tahu pemirsa… untuk menyelamatkan
diri saya dari tangan jahilnya, pikiran saya yang awalnya nyuruh saya dan
memerintahnkan otak saya… dalam hati saya berkata “Gue kerjain juag loe…!!!”
Saya beri jawaban yang mematikannya… saya katakana “Sudah, Bang! Saya sudah
menikah!” And than pemirsa… mau tahu…???!!! Dianya langsung menjauh dan tak
lagi merapat dan coba ambil kesemoatan pada saya… Langsung lah saya letakkan
tas saya di samping kanan agar tak terjadi lagi yang tak diinginkan. Jadi pemirsa,
memang kemana-mana itu amannya naik kendaraan pribadi memang… Heeeuuuhh…
(Mampus loe…!! Nyahok.. nyahok deh loe dengar jawaban gue…!!)
Hemmmm… sesampainya di stabat, jalanan lumayan macet… jam sudah
menunjukkan pukul 19.00. Diperkirakan saya akan sampai Medan pukul 20.00. Mobil
terus bergerak melaju. Agak-agak gimana gitu di dalam mobil, karena pak supir
yang membawanya ngebut mengendarainya dan sesekali ngerem mendadak membuat
badan penumpan di dalam terlempar-lempar. Seskali juga kemarin si Bapak supir
hampir saja menabrak pengguna jalan yang lain (haadddeeeehhh… -_-)
Dan akhirnya pemirsa,… Pukul 20.30 saya sampai di simpang pinang baris…
Saya langsung menyetop betor. Di perjalanan betor pulang ke rumah, saya
berjanji… saya akan menuliskan apa yang saya alami hari ini… Hemmm.. inilah
hasil jalan-jalan dan silaturahim saya kemarin pemirsa… Semoga pemirsa senang
membacanya.. dan semoga ada hikmah yang bisa diambil…
Than.. last but not least… Silaturahim itu meyenangkan dan indah… dan hati-hatilah jika berpergian… oke Pemirsa… (Akhirnya selesai juga tulisan saya… Feeeuuuhhhh… -_-‘)
Medan 110813, Lebaran Ke Empat… Menyuntuk Di Kamar
Than.. last but not least… Silaturahim itu meyenangkan dan indah… dan hati-hatilah jika berpergian… oke Pemirsa… (Akhirnya selesai juga tulisan saya… Feeeuuuhhhh… -_-‘)
Medan 110813, Lebaran Ke Empat… Menyuntuk Di Kamar
0 komentar:
Posting Komentar