Masa
balita adalah masa yang sulit bagi ibu untuk mengasuh saya. Betapa tidak,
ketika balita saya sering sekali bertingkah nakal dan membuat ibu emosi dan
marah. Ibu sering mengurung saya di kamar tidur dan kamar mandi karena jengkel
melihat kenakalan saya. Layaknya seorang anak kecil, saya menangis, menjerit
dan meronta-ronta sambil memukul-mukul pintu jika ibu mengurung saya. Setelah
saya diam dan agak tenang barulah ibu mengeluarkan saya dari dalam kurungan.
Kenakalan
saya tidak hanya sampai di situ saja. Saya pernah memasukkan sebutir gabus ke
dalam hidung saya. Gabus itu sempat lama bersemayam di dalam hidung saya,
sampai mengeluarkan bau busuk. Berbagai usaha telah di lakukan ayah dan ibu
untuk mengeluarkan gabus itu dari dalam hidung saya, sampai-sampai mereka membawa
saya ke dokter spesialis THT. Dokter mengatakan untuk mengeluarkan gabus yang
telah membusuk itu hidung saya harus di operasi. Tetapi, ayah tidak mau kalau
saya harus di operasi. Akhirnya, pada malam itu, terjadilah peistiwa yang tidak
pernah di sangka dan tidak pernah di duga. Ayah mengambil sebatang kawat,
kemudian membengkokkannya dan menyuruh saya berbaring di tempat tidur. Dan…,
ayah lalu mencungkil hidung saya dengan kawat tersebut. Saya menjerit
kesakitan. Subhanallah, ternyata aksi nekat ayah itu membuahkan hasil. Gabus
busuk itu berhasil di keluarkan dari hidung saya. Ternyata operasi bukanlah
jalan keluar satu-satunya. Ayah memang hebat.
Ibu
bilang walaupun nakal saya juga pintar. Proses tumbuh kembang saya juga relativ
cepat. Saya sudah bisa berjalan sejak usia 1 tahun. Memasuki usia 3 tahun, saya
sudah mampu berhitung angka 1 sampai 10
dalam bahasa Indonesia bahasa Inggris serta menyebutkan huruf-huruf
abjad.
0 komentar:
Posting Komentar