Jumat, 15 November 2013 0 komentar

Re Post : Dowry Sytem di India



Ceritanya kemarin Saya dengan salah seorang Kakak berbincang soal maskawin ala India pada sebuah postingan di FB, yang kemudian dari komentar teman lain Saya ketahui sistem itu disebut DOWRY. Kemudian Saya blogwalking, bertemulah kemudian saya dengan salah satu blog yang isinya bagus membahas tentang Dowry tadi. Dan sebagai seorang dari keturunan India dari sebelah Ibu, Saya rasa adalah hal yang penting bagi Saya mengetahui dan membagikan pengetahuan tentang Dowry ini. Ini dia isi bahasannya. Silakan dibaca. Semoga bermanfaat ;)
>>>>>>>>>>>>>

Boy meets girl, boy falls in love with girl, boy and girl gets married…. Begitulah kira-kira gambaran ideal kita tentang sebuah pernikahan yang jadi awal terbentuknya rumah tangga. Tapi cerita macam itu sepertinya sangat sulit ditemui di India. Di tengah maraknya modernisasi di berbagai bidang, masyarakat India masih berpegang teguh pada tradisi perjodohan (arranged marriage). Orang tua menjadi pihak yang paling berhak menentukan dengan siapa anak-anak mereka akan menikah. Yang terpenting bagi mereka adalah hubungan antara kedua keluarga, bahkan terkadang menjadi lebih penting dari hubungan pasangan yang akan dinikahkan itu sendiri. Pertimbangan yang umum adalah kedua keluarga berasal dari latar belakang social dan pendidikan yang sama, persamaan budaya, kebiasaan dan agama, serta memiliki reputasi yang baik.

Dahulu, seringkali pernikahan dilangusngkan ketika sang anak masih di usia sangat muda. Dengan alasan tersebut, mereka menganggap anak mereka belum mampu memilih sendiri pasangan yang tepat. Alasan lain adalah untuk mecegah sang anak memilih sendiri pasangannya yang dikhawatirkan tidak sederajat, atau dianggap bukan dari keluarga yang baik. Perkembangannya sekarang, walau sang anak telah berada di usia yang mapan dan dewasa, perjodohan tetap menjadi keharusan di India.

Masalah selanjutnya berkaitan dengan ‘Arranged Marriage” di India adalah dowry. Berbeda dengan yang biasanya terjadi di Indonesia (Muslim) dimana pihak lelaki akan menyerahkan mas kawin kepada wanita, di India pihak wanitalah yang memberikan mas kawin kepada calon suami. Walau ini dilakukan pemeluk hindu di India ini, saya pribadi tidak menganggap itu tradisi hindu, karena saya rasa, umat hindu di Indonesia tidak melakukan system dowry ini (-mohon diralat kalo salah-).

Sebetulnya awal mula dilakukan sistem dowry ini memiliki tujuan yang baik. Dowry dimaksudkan sebagai hadiah atau bekal dari orang tua kepada anak perempuannya yang akan memasuki kehidupan rumah tangga. Kekayaan hadiah ini kemudian bisa disimpan atau digumnakan untuk kebutuhan sang anak, jika saja dia tidak bekerja, atau sewaktu-waktu terjadi sesuatu pada sang suami. Selanjutnya fungsi dowry ini berkembang sebagai bantuan biaya pernikahan. Belakangan fungsinya makin disalahgunakan oleh pihak suami beserta keluarganya. Seringkali tuntutan mereka atas dowry menjadi tak terkira. Dan pihak istri jarang sekali mendapatkan bagian dari dowry tersebut.

Biasanya jika pihak pria meberikan mas kawin sejumlah harta, ia mengharapkan mas kawin balasan sebanyak sepuluh kali lipat dari apa yang sudah ia belanjakan (misal 10 gram emas berarti akan mendapatkan paling tidak 100 gram emas). Semakin berkualitas sang pria (misalnya: dokter, insinyur, lulusan luar negeri, tampan dan kaya) maka harganya pun akan semakin mahal.

Yang jadi masalah, walau mas kawin udah dilunasi, kadang pihak suami... dan biasanya melibatkan seluruh anggota keluarga... masih menuntut ini itu dari pihak Istri. Domestic Abused secara fisik dan mental sering terjadi. Istri yang tidak kuat biasanya melakukan bunuh diri (tingkat bunuh diri di India termasuk tinggi) atau yang paling seram untuk dibayangkan…. si suami membakar Istri hidup-hidup bahkan ada juga yang dibakar bersama anaknya (jika anaknya perempuan). Tahun lalu bahkan ada kasus, si suami yang notabene adalah dokter dan seluruh keluarganya yg dokter semua menyuntikan virus aids ke istri dan bayi perempuannya (mereka positif HIV setelah 6 bulan sebelumnya test hasilnya negatif). Walaupun masih dalam penyelidikan benar atau tidak virus HIV bisa disuntikan... karena sampai sekarang suami dan keluarganya raib entah kemana.. Alasannya karena sang suami tidak cinta kepada istri dan ingin menikah dengan wanita lain. Dia menikahi istrinya dulu semata-mata karena dowry yang ditawarkan ayah sang istri.

Sebetulnya praktek dowry ini sudah dilarang oleh undang-undang di India sejak tahun 1961, tapi pada prakteknya tetap saja berlangsung hampir di setiap perkawinan, termasuk yang well educated.

Masalah dowry ini juga yang membuat tingkat aborsi bayi perempuan di sini tinggi. Kebanyakan orang tidak mau punya anak perempuan karena memang biayanya mahal. Makanya menanyakan jenis kelamin bayi saaat USG adalah tindakan yang melanggar undang-undang. Tapi sayangnya seperti juga sistem dowry, hal itu masih sering terjadi. Sensus tahun 2001 menyebutkan hanya terdapat 933 orang perempuan dari 1000 orang lelaki. Kasus Dowry Death sendiri konon mencapai 7000 kasus per tahun. Termasuk di dalamnya adalah kasus bunuh diri, pembakaran, kekerasan rumah tangga, dan beberapa ‘kecelakaan’ lainnya.

Percaya atau tidak selain penjara yang dikhususkan untuk menampung ibu-ibu mertua pelaku kejahatan dowry, disini ada lho Bank yang menyediakan fasilitas tabungan buat bekal anak perempuan menikah kelak. Jadi orang tua bisa mulai menabung sejak anaknya masih bayi.

Sebuah kisah menarik… Nisha Sharma, seorang mahasiswa komputer programing di New Delhi, Pada awal tahun 2003 pada saat umurnya menginjak 21 tahun akan menikah dengan seorang guru. Kedua belah pihak (dalam hal ini keluarga) bertemu melalui jasa matrimonial. Sebagai hadiah, sang ayah telah menyiapkan sebuah mesin cuci, dua buah kulkas, dua buah home theater system dan sebuah mobil sedan yang telah dikirim ke kediaman calon menantu, hasil dari menabung selama 10 tahun. Pada hari pernikahan, tepat sebelum ikrar pernikahan dimulai, ibu dari sang pria menuntut 25.000 USD. Mereka mengancam akan membatalkan pernikahan jika tuntutannya tidak dipenuhi. Ketika pihak orang tua Nisha menolak permintaan tersebut, mereka memukul ayah Nisha. Hal inilah yang membuat keberanian Nisha muncul… Pada saat itu juga dia menelpon polisi dan melaporkan tindakan calon keluarganya itu. Mempelai pria beserta orangnya akhirnya dipenjarakan. Nisha Sharma kemudian menjadi pahlawan karena keberaniannya menolak system dowry.

Tampaknya India memerlukan banyak Nisha Sharma yang berani menolak sistem yang telah mendarah daging ini. Jika tidak… mungkin Angka Dowry Death akan tetap tinggi.

Dikumpulkan dari berbagai sumber.
*Repost dari blog aprilisa.blogspot.com :) 
 
;