Sabtu, 04 Mei 2013

INI TENTANG PEREMPUAN BERMATA TEDUH ITU, NJA… #5 (END)



Ketika di stasiun kereta api, sebelum masuk ke peron… Seorang teman FLP Labuhan batu yang mengantarkan kami ke stasiun mengatakan sesuatu padaku… “Kak, kak Wulan kirim salam. Katanya dia minta maaf. Hp kakak nggak aktif yah…?” AKu hanya memberikan senyum sekadarnya, sambil mengatakan terima kasih, lalu masuk ke peron dan menuju gerbong…  Di dalam gerbong, ku aktifkan kembali hpku… serta merta sms darinya masuk bertubi-tubi ke handphoneku, yang semuanya isinya dia meminta maaf… aku jadi merasa tidak enak dan merasa bersalah juga… Lalu kuteleponlah ia… terjadilah obrolah yang kaku di awal… temanku yang sama-sama dari FLP mengatakan aku aneh… aku dan perempuan bermata teduh itu seperti orang pacaran, begitu kata temanku itu… biarlah… aku tak peduli orang mau bilang apa tentang gaya dan caraku dekat dengan sahabat atau teman…  Ketika  bertelepon itu, kemabali kukatakan kalau pertemuan hari ini juga sama saja… sama singkatnya… dia menjawab, nanti waktu inagurasi kita ketemu lagi… Hemmm… semoga saja, batinku… sebab aku juga tak tahu… apa aku akan berangkat atau tidak ke inagurasi mereka nanti…


Lagi-lagi sepertinya Alloh mengerti kerinduan ini…
Ketika aku sedan berada di tempat mengajarku, sebuah sms dari kaderisasi FLP Sumut masuk ke hpku… isinya, aku diminta untuk mengisi mentoring di FLP Labuhan batu… lagi-lagi dadakan dan menggantikan.. kesal sebenarnya dengan yang dadakan begini… tapi, tak akan kubuang kesempatan ini… kalau aku datang lagi, berarti aku akan bertemu lagi dengan dia… Agak lama ku Iyakan… karena aku masih berpikir… sebab waktunya mepet sekali… belum lagi aku harus menyiapkan bahan, menyelesaikan slide, dan terutama harus menyelesaikan proposal skripsiku yang sudah lama kutidurkan itu…
Tiba-tiba masuk sms dari si mata teduh yang menanyakan kebenaran tentang aku yang akan menjadi pengisi materi. Sebenarnya aku tak enak juga… aku takut mereka bosan karena wajahku terus yang terlihat.. tapi, mau bagaimana lagi… kukatakan kepada si Mata teduh… “Iya… aku yang akan megisi minggu ini…” Dia balas smsku, intinya dia senang… karena akan bertemu lagi denganku… kujawab, bertemu pun kalau singkat waktunya sama saja akan meninggalkan sakit…

21 April 2013
Dia kembali hadir di siang hari… dan kau tahu, Nja… hari ini dia berpenampilan agak lain dari biasanya… jilbabnya dia buat bermodel dan aku sendiri bingung dan heran melihat gayanya itu… gaya yang pernah aku katakan padanya kalau aku tidak suka dengan gayanya seperti itu… tapi bukan Kak Wulan namanya kalau tidak bertingkah aneh… Hemmm… jadilah tercetus dari bibir teman bersamaku dari FLP sebutan untuk si mata teduh, Jilbab berukir… ahahahhaha…
Dan ketika hari beranjak mengharuskan kami kembali berpisah… kembali rasa sedih itu datang… dan pasti aka nada rindu tertinggal sesudahnya…

Kau tahu Nja…
Aku dan dia memiliki banyak kesamaan…
Pertama… sama-sama anak pertama, ke dua… sama-sama berwatak keras, ke tiga sama-sama jutek, ke empat sama-sama memiliki tanda tangan dengan garis bawah yang memenggal salah satu bagian dari tanda tangan itu… dan satu lagi, Nja… sama-sama mencuci seminggu sekali… hahaahha… kau tahu, setiap aku meneleponnya, selalu saja jika aku tanya sedang apa..??? Maka paling sering jawabnya adalah “Sedang mencuci baju.” Jika kutanya, cucian sudah berapa minggu??? Maka jawabnya adalah… “Satu minggu, hehhehe…” sama… sama sekali denganku… Ah…


28 April 2013
Hari inagurasi itu tiba…
Ada tawa ceria, permainan, heboh, keserua, alam hijau… berkumpul jadi satu… hari itu kembali dia datang terlambat… Memang sih… dia sudah datang di awal untuk mengecek lokasi… tapi dia pamit undur sejenak, karena harus menghadiri ijan qobul sahabat karibnya… katanya, dia harus melihat prosesi itu… kalau tidak… si sahabat karib akan marah padanya… maka setelah kata SAH, dia bilang dia akan meluncur segera ke lokasi inagurasi…
Mataku terus memandang kea rah luar gerbang tempat itu… berharap ia segera datang… sampai-sampai salah seorang teman menanyaiku “Kak ira lihat apa sih di luar? Kok kayak menunggu seseorang?” Aku hanya melempar seulas senyum…

Menjelang siang…  Si Mata teduh itu akhirnya datang…
Dengan jilbab ungu dan gamis motif bunga-bunga… Seperti biasa, entah mengapa… aku tak bisa langsung mengheboh jika sedang dekat dengannya… pasti dia dulu yang menjahiliku, baru aku mau mengheboh ketika bertemu dengannya… Ah, payah aku ini yah, Nja…  seperti biasa… dia akan  mencubit dan memukulku… hari itu pun begitu… dia memukulku… kuat sekali… sakit… tapi… pukulan tanda rindu dan sayang… sudahlah… terima saja, tapi tetap dibalas… hhahahhaha
Di akhir acara inagurasi, seperti biasa… Nggak ketinggalan moment foto-foto… eits, lupa , Nja… Waktu acara kreativitas, aku membacakan puisi yang sewaktu pertemuan sebelumnya ketika membahas tentang membaca puisi, dia membaca puisi karya Mbak Helvy Tianna rossa yang judulnya PEREMPUAN CAHAYA DI TAMAN DZIKIR itu… Aku tahu, dia pasti agak kaget waktu mendengar aku membaca judul puisi itu.. karena pernah suatu kala aku menelepon dia, aku meledeknya dengan membaca judul puisi itu… baru hanya membaca judul saja, Nja… dia sudah mengatakan “Jangan diteruskan… kalau tidak… aku tutup ini telepon…!!” hahahhahahha…

Hari itu, seperti tak mau ketinggalan moment, kami pun minta di foto berdua … dan ternyata ada juga yang diam-diam tanpa diminta mengambil foto kami berdua… dan hasilnya bagus… kalau kata seorang teman di FLP Su… foto yang diambil tidak sadar kamera itu ‘mesra’.. hahahha… jadilah sekarang aku dikatakan mereka pacarnya si Mata teduh… hahahahaha.. ada ada aja… tapi lagi-lagi biarlah…
Dan lagi-lagi, Nja… seperti yang pernah kukatakan padamu.. aku tak suka perpisahan…
Hari itu, kembali waktu jua yang menceraikan perjumpaan ‘mesra’ itu…  Dia memintaku untuk singgah barang sebentar ke acara pernikahan sahabat karibnya itu… kebetulan aku juga menadapat undangan dari sahabat karibnya itu via FB… tapi apalah daya, kami harus segera pulang ke Medan… kembali bersalaman… kembali rindu pasti akan tertinggal…

Dalam perjalan pulang ke Medan, masih… kami smsan…
Kusampaikan selamat tinggal dan kami sedang dalam perjalanan pulang padanya… Dia bertanya, “Sudah sampai di mana?” Sudah lewat jembatan, jawabku… lalu dia mengatakan kalau saat itu dia tengah menanti di pinggir jalan… Dan, kau tahu, Nja… ketika dia menanti di pinggir jalan itu.. aku tidak melihatnya, padahal aku duduk di sisi kiri mobil, di mana dia berdiri juga di sisi kiri jalan…
Malamnya, kuutarakan padanya kalau aku ingin kembali menjadi diriku yang dulu lagi… kembali merasakan buah manis ketika berkumpul di lingkaran itu… lingkaran yang aku sebut ia lingkarang cinta… lingkaran yang aku sebut ia sebagai pertemuan agenda wajib… lalu dia mengatakan dia senang mendengarnya dan aku memintanya membantu untuk hal ini… dia sangat bersedia… 

Dan Kau mau tahu , Nja…?? Tapi kau jangan cemburu yah…
Malam itun dia menyanyikan selantun lagu untukku… judulnya “Satu Tubuh”… lagu nasyid maidany duet bareng dengan abang-abangku di Zahyd nasheed…
Liriknya sungguh manis dan indah…
“Lagu ini, Ungkapan hatiku padamu…” Begitu katanya, Nja…

Mengapa kau cemberut, Nja…?? Kau cemburu yah…??? Hehhehehhe…
Hemmm…
Belakangan ini… kami sering sekali membicarakan seseorang… tapi pembicaraan tentang seseorang itu sudah sama-sama kami sepakati untuk kami akhiri dua hari yang lalu.. kau tahu, NJa… dua hari yang lalu dia curhat habis-habisan denganku… baru malam itulah dia mau terbuka denganku sampai ke hal pribadi… ada satu hal, Nja… aku selalu bisa membedakan dan tahu suaranya berubah pada kondisi-kondisi tertentu… kalau dia baru saja mengikuti agenda wajibnya atau mengisi halaqoh atau juga megisi mentoring di ROHIS sekolah SMAnya… maka cara bicaranya akan lembut dan halus… tidak seperti biasanya, berapi-api dan selengekan… hehehhehe… dan malam itu, satu pengakuan dia berikan kepadaku… pengakuan tentang sesuatu yang tak bisa kubagikan padamu, Nja… untuk yang ini.. cukup aku, dia, dan Alloh saja yang tau… juag malam bisu menjadi saksi…

Dan ternyata… suara halusnya malam itu bukan karena apa, tapi… karena dia baru menghujani matanya… Ini satu lagi yang bisa aku tebak, kalau tidak karena ruhiyahnya baru terisi atau baru mengisi ruhiyah orang lain, maka ruhiyahnya sedang bergejolak… hingga dia menangis dan membuat nada suaranya menjadi pelan, halus, dan lembut… Hemmm…

Setiap hari bagiku adalah menanti dan menunggu smsnya… setiap  hari bagiku adalah berjabat suara dengannya… jika sehari saja… jangankan sehari, sedetik saja aku tidak berkomunikasi dengannya, rasanya seperti ada yang kurang… Pernah sekali waktu aku menyengaja untuk tidak mengsms dan meneleponnya, tapi… Tidak bisa… selalu saja aku kecarian dan selalu saja tangan ini ingin mengetik sms untuknya… Begitu juga dia, Nja… kalau aku tidak mengsmsnya baran dua hari saja, dia pasti akan mengsmsku “Sombong…!” begitu katanya… hahahaha…



Yah… 

Sudah sore ternyata, Nja…
Aku rasa cukup sudah kukenalkan kau panjang lebar pada pemilik mata teduh itu…
Eh iya… dia akan mengetahui pembicaraan kita ini lho Nja… Hehehhe.. semoga dia tidak marah yah, Nja…  Ketika membaca tulisan jujurku ini…
Satu do’aku dan harapku, Nja… Semoga nanti ketika kelak dia telah menemukan belahan jiwanya, aku tidak ditinggalkan seperti kakak-kakakku yang sudah-sudah, pergi meninggalkanku karena dijemput oleh belahan jiwanya… dan tentu saja, ada kenangan yang menyisa rindu jua air mata jika sudah begit… kuharap ukhuwah ini berpanjangan, Nja… Semoga…

Dan… Semoga rembulannya yang masih separoh, segera menjelma purnama yah, NJa…
Begitu juga dengan rembulan separohku… ehehehhehhe…
Lain waktu kita sambung lagi, Nja…  Aku pasti akan kembali merindukanmu setelah ini…

Medan, 4 Mei 2013
Ketika sore merambat...
Rindu padamu pun ikut merambat bersama...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;