Senin, 17 Februari 2014

Catatan Rindu : #Tentang Hujan






Biar kutulis saja engkau, sebab rindu ini agaknya telah terlalu tanak kerena sekian lama mata tak bersitatap denganmu, hidung tak menghirup syahdu aroma itu, aroma tanah basah khas yang kerap membangunkan sukam rindu di kalbu kala kau jelma menyapa bumi. Rintik yang serupa melodi piano ditelingaku kala berdenting engkau di dahan dan genting, tempiasmu

Ah, semua tentangmu, semua kurindu.

Rindu, ya. Aku rindu tatkala kubiarkan dengan sengaja tubuh ini basah sebasah-basahnya, lantaran ingin kurasakan tiap inchimu menelusup ke pori-pori kulitku. Dan, lantaran ingin kunikmati tempiasmu membelai wajahku, juga membiarkan tanganku, masih tetap dengan sengaja menyentuhmu, memainkanmu di telapak tangan ini.

Ingatkah? Sekali waktu, kita kerap bersua. Kubiarkan saja tubuh ini basah dalam dekapmu, sementara semua orang di samping kiri, kanan, depan dan belakangku menghambur, mempercepat langkah, bahkan berlari mencari tempat berteduh karena takut kalau-kalau mereka basah karenamu. 

Tapi aku tidak.
Sering kubiarkan saja kau membasahi tubuh ini, walau aku tahu, jika ibu atau ayah mengetahui, mereka pasti akan berang padaku. Tapi kalau pun mereka marah, biarlah. Asal aku bisa bersitatap dan merasakan dekap hangatmu, walau mereka bilang kau jahat dan dingin, tapi bagiku tidak. Kau hangat. Hangat sekali.
dan tak jarang kubiarkan semuanya basah,
jaket, 
sepatu,
kaus kaki,
tas...
Semuanya...

Tapi memang,
pernah juga kupacu langkahku bahkan setengah berlari di bawah guyuranmu. Kau mungkin mengira aku sombong atau bahkan tak cinta lagi padamu. Tidak, tidak sama sekali. Kau mungkin mengira aku takut tubuhku basah karenamu. Tidak, itu juga bukan. Bukan lantaran tak cinta dan takut padamu, tapi karena aku harus menemui mereka yang berhubungan dengan keberlangsungan studiku. Padahal, sungguh, waktu itu ingin sekali rasanya menyapamu, membiarkan diri ini basah, sebab kemarin-kemarin kau jarang menyapaku dan menyapa seluruh penduduk di jagad raya ini.

Kau ingat, kapan terakhir kita bertemu?
Ah, jangan. Jangan dulu. Hemmm,
kau tau, aku selalu rindu dan butuh hadirmu. Bahkan setelah jatuh cinta pada senja dan laut, sekarang aku jatuh cinta padamu. Ya, aku jatuh cinta padamu, duhai hujan. Tiap hendak kuramu sajak dari tangan ini, alangkah indah dan syahdu ketika kau ada. Ketika rinduku purna pada kekasihku yang lain yang kunamai ia kopi, hadirmu pun tetap kunanti. Lalu, ketika imaji ini sunyi dari rimbun kata, aku pun butuh kau segera jelma di hadapan, agar mampu otak, hati, dan tanganku ini merangkai mereka dalam bait indah, entah itu puisi, cerpen, atau hanya sekedar cerita biasa.

Sekarang, 
Kuulang lagi tanya. Ingatkan kau kapan terakhir kali kita bertemu?
Hampir dua pekan. Ya, dua pekan sudah kita tak bersua. Dua pekan sudah tak kurasa guyuran dan tempiasmu membasahi tubuh ini, dua pekan sudah aku merindu, 
dua pekan sudah...

Dan kini,
aku hanya mampu menanti dan terus merapal do'a,
agar kau segera jelma, 
agar purna rindu itu.

Kepada engkau, duhai matahari. Maafkan aku. Bukan hendak kuselingkuhi dan kuhianati engkau. Bukan aku tak suka dan membencimu. Tapi saat ini, aku memang sedang sangat merindu,
Ya, merindu hujan itu.
Hujan yang entah pergi ke mana...



..170214..
Masih setia menantimu,
#Hujan

0 komentar:

Posting Komentar

 
;