Sabtu, 04 Mei 2013

Ketika Balita...



Masa balita adalah masa yang sulit bagi ibu untuk mengasuh saya. Betapa tidak, ketika balita saya sering sekali bertingkah nakal dan membuat ibu emosi dan marah. Ibu sering mengurung saya di kamar tidur dan kamar mandi karena jengkel melihat kenakalan saya. Layaknya seorang anak kecil, saya menangis, menjerit dan meronta-ronta sambil memukul-mukul pintu jika ibu mengurung saya. Setelah saya diam dan agak tenang barulah ibu mengeluarkan saya dari dalam kurungan.
Kenakalan saya tidak hanya sampai di situ saja. Saya pernah memasukkan sebutir gabus ke dalam hidung saya. Gabus itu sempat lama bersemayam di dalam hidung saya, sampai mengeluarkan bau busuk. Berbagai usaha telah di lakukan ayah dan ibu untuk mengeluarkan gabus itu dari dalam hidung saya, sampai-sampai mereka membawa saya ke dokter spesialis THT. Dokter mengatakan untuk mengeluarkan gabus yang telah membusuk itu hidung saya harus di operasi. Tetapi, ayah tidak mau kalau saya harus di operasi. Akhirnya, pada malam itu, terjadilah peistiwa yang tidak pernah di sangka dan tidak pernah di duga. Ayah mengambil sebatang kawat, kemudian membengkokkannya dan menyuruh saya berbaring di tempat tidur. Dan…, ayah lalu mencungkil hidung saya dengan kawat tersebut. Saya menjerit kesakitan. Subhanallah, ternyata aksi nekat ayah itu membuahkan hasil. Gabus busuk itu berhasil di keluarkan dari hidung saya. Ternyata operasi bukanlah jalan keluar satu-satunya. Ayah memang hebat.
Ibu bilang walaupun nakal saya juga pintar. Proses tumbuh kembang saya juga relativ cepat. Saya sudah bisa berjalan sejak usia 1 tahun. Memasuki usia 3 tahun, saya sudah mampu berhitung angka 1 sampai 10  dalam bahasa Indonesia bahasa Inggris serta menyebutkan huruf-huruf abjad.



0 komentar:

Posting Komentar

 
;